Assalamualaikum Wr. Wb
Hallo pembaca setia, pasti tidak asing dengan kata “Mallika”. Mallika
yang disebutkan disini bukan nama seorang artis dari India yaaa...
hehehe. Masyarakat Indonesia tentu sering mendengar kata-kata ini di
iklan stasiun TV Indonesia. Kata Mallika diatas adalah sebutan nama
kedelai hitam unggul.
Apa yang melatarbelakangi budidaya Kedelai Mallika??
Kedelai hitam Mallika (UGM file:
faperta.ugm.ac.id)
Sebelumnya kita harus tahu lebih dulu manfaat tanaman kedelai. Berdasarkan buku yang penulis baca, Tanaman kedelai (Glycine max l)
merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh
masyarakat indonesia. Tanaman ini mempunyai arti penting untuk memenuhi
kebutuhan pangan dalam rangka memperbaiki gizi masyarakat karena
merupakan sumber protein nabati yang relatif murah bila dibandingkan
sumber protein lainnya seperti daging, susu dan ikan (Mapegau, 2006).
Kedelai merupakan bahan pangan yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Selain menjadi sumber protein nabati tinggi, kedelai juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri pangan dan industri pakan ternak. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan baku industri olahan pangan seperti tahu, kecap, tempe, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya (Damardjati dkk., 2005).
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Dr Ir Listyani Wijayanti, mengungkapkan selama beberapa dekade terakhir ini harapan kemandirian pangan belum dapat dicapai. Produksi kedelai dalam negeri masih terbatas sehingga masih butuh impor untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia. Ketergantungan impor kedelai ini bisa menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan kita. Agar masalah ini tidak berlarut-larut, maka perlu menghilangkan ketergantungan dengan kemandirian produksi kedelai dalam negeri. “Perlu adanya sinergi nasional untuk mencapai titik kemandirian nasional. Selain itu, perlu adanya komitmen dan dukungan ABG (Academic-Business-Government),” kata Listyani.
Sebagai upaya nyata dari wujud kepedulian sosial terhadap kehidupan bangsa dalam membantu mengatasi permasalahan petani, khususnya mengurangi ketergantungan akan kedelai impor, UGM dalam hal ini diwakili Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian bersama dengan PT. Unilever Tbk. mengembangkan kedelai hitam kultivar Mallika. Kegiatan penelitian dan pengembangan kedelai hitam disertai pemberdayaan langsung kepada petani telah dilakukan sejak tahun 2000. Sementara itu, Profesor Mary Astuti, penemu kedelai Mallika yang juga seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, mengemukakan, fakta bahwa kedelai hitam Mallika memiliki begitu banyak keunggulan dibandingkan varietas kedelai lainnya. Selain lebih tahan cekaman fisik dan juga lebih tahan serangan penyakit, kedelai hitam Mallika merupakan sumber pangan berkualitas yang tidak hanya lezat, namun juga bernutrisi.
Untuk mendapatkan hasil kedelai yang unggul tentu perlu proses, "Kami pun merekayasa bibit unggul kedelai hitam yang awalnya dikembangkan di kawasan Ciwalen, Jawa Barat," kata Mary Astuti, yang menjadi koordinator proyek kerja sama itu. Bibit itu telah menjalani serangkaian uji coba, mulai uji pupuk, jarak tanam, produktivitas, pengairan, daya tahan hama, umur panen, hingga daya simpan. Akhirnya tercipta varietas unggul kedelai yang disebut "Mallika", yang berarti "kerajaan". "Harapannya, Mallika jadi raja benih kedelai hitam," ujar Mary kepada wartawan Gatra Arief Koes Hernawan.
Mallika disebutkan lebih produktif dibandingkan dengan jenis lainnya. Jika satu polong kedelai biasa berisi tiga biji, Mallika memiliki hingga lima biji dan dapat tahan disimpan sampai enam bulan. Mallika juga tahan terhadap hama, terutama ulat jengkal dan ulat grayak. Selain itu, Mary mengatakan, Mallika lebih menyehatkan. "Kulitnya mengandung antioksidan dan dapat mencegah penyakit jantung koroner dan darah tinggi," katanya. Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan mengurangi risiko terhadap penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Amrun et al. 2007).
Sementara Dirjen Pangan Departemen Pertanian, Sutarto Alimoeso mengatakan varietas unggul kedelai hitam Mallika diharapkan mampu meyakinkan bangsa bahwa petani dalam negeri dapat memproduksi kedelai berkualitas. Penemuan Mallika juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kedelai hitam nasional sehingga dapat meningkatkan penghasilan petani.
Demikian sekilas informasi tentang Kedelai Mallika, apabila ada kesalahan dalam penulisan penulis mohon maaf. Terima kasih atas waktunya, semoga bermanfaat.
WassalamualikumWr.Wb. :)
Referensi
Darmadjati, dkk. Prospek dan Pengembangan Agribisnis Kedelai. Jakarta : Badan Litbang
Pertanian. Departemen Pertanian. 2005
pada tanggal 13 Maret 2015, pukul 10.12 WIB.
Hidayat, Nur. Diabetes : Musim Menanam Semangka Berdaun Sirih.
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php /7-news/biotek/479-diabetes-musim-menanam- semangka- berdaun-sirih . 2008. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015, pukul 11.20 WIB.
Kastono, Dodi. Pemberdayaan Petani dalam Pengembangan Kedelai Hitam . http://faperta.ugm.ac.id/fokus
/Pemberdayaan_Petani_dalam_Pengembangan_Kedelai_Hit am.php. Diakses pada tanggal 13 Maret
2015 pukul 11.33 WIB.
Kedelai merupakan bahan pangan yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Selain menjadi sumber protein nabati tinggi, kedelai juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri pangan dan industri pakan ternak. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan baku industri olahan pangan seperti tahu, kecap, tempe, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya (Damardjati dkk., 2005).
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Dr Ir Listyani Wijayanti, mengungkapkan selama beberapa dekade terakhir ini harapan kemandirian pangan belum dapat dicapai. Produksi kedelai dalam negeri masih terbatas sehingga masih butuh impor untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia. Ketergantungan impor kedelai ini bisa menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan kita. Agar masalah ini tidak berlarut-larut, maka perlu menghilangkan ketergantungan dengan kemandirian produksi kedelai dalam negeri. “Perlu adanya sinergi nasional untuk mencapai titik kemandirian nasional. Selain itu, perlu adanya komitmen dan dukungan ABG (Academic-Business-Government),” kata Listyani.
Sebagai upaya nyata dari wujud kepedulian sosial terhadap kehidupan bangsa dalam membantu mengatasi permasalahan petani, khususnya mengurangi ketergantungan akan kedelai impor, UGM dalam hal ini diwakili Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian bersama dengan PT. Unilever Tbk. mengembangkan kedelai hitam kultivar Mallika. Kegiatan penelitian dan pengembangan kedelai hitam disertai pemberdayaan langsung kepada petani telah dilakukan sejak tahun 2000. Sementara itu, Profesor Mary Astuti, penemu kedelai Mallika yang juga seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Teknologi Pertanian, UGM, mengemukakan, fakta bahwa kedelai hitam Mallika memiliki begitu banyak keunggulan dibandingkan varietas kedelai lainnya. Selain lebih tahan cekaman fisik dan juga lebih tahan serangan penyakit, kedelai hitam Mallika merupakan sumber pangan berkualitas yang tidak hanya lezat, namun juga bernutrisi.
Untuk mendapatkan hasil kedelai yang unggul tentu perlu proses, "Kami pun merekayasa bibit unggul kedelai hitam yang awalnya dikembangkan di kawasan Ciwalen, Jawa Barat," kata Mary Astuti, yang menjadi koordinator proyek kerja sama itu. Bibit itu telah menjalani serangkaian uji coba, mulai uji pupuk, jarak tanam, produktivitas, pengairan, daya tahan hama, umur panen, hingga daya simpan. Akhirnya tercipta varietas unggul kedelai yang disebut "Mallika", yang berarti "kerajaan". "Harapannya, Mallika jadi raja benih kedelai hitam," ujar Mary kepada wartawan Gatra Arief Koes Hernawan.
Mallika disebutkan lebih produktif dibandingkan dengan jenis lainnya. Jika satu polong kedelai biasa berisi tiga biji, Mallika memiliki hingga lima biji dan dapat tahan disimpan sampai enam bulan. Mallika juga tahan terhadap hama, terutama ulat jengkal dan ulat grayak. Selain itu, Mary mengatakan, Mallika lebih menyehatkan. "Kulitnya mengandung antioksidan dan dapat mencegah penyakit jantung koroner dan darah tinggi," katanya. Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan mengurangi risiko terhadap penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Amrun et al. 2007).
Sementara Dirjen Pangan Departemen Pertanian, Sutarto Alimoeso mengatakan varietas unggul kedelai hitam Mallika diharapkan mampu meyakinkan bangsa bahwa petani dalam negeri dapat memproduksi kedelai berkualitas. Penemuan Mallika juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kedelai hitam nasional sehingga dapat meningkatkan penghasilan petani.
Demikian sekilas informasi tentang Kedelai Mallika, apabila ada kesalahan dalam penulisan penulis mohon maaf. Terima kasih atas waktunya, semoga bermanfaat.
WassalamualikumWr.Wb. :)
Referensi
Darmadjati, dkk. Prospek dan Pengembangan Agribisnis Kedelai. Jakarta : Badan Litbang
Pertanian. Departemen Pertanian. 2005
Mapegau. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kedelai. Jambi :
Fakultas Pertanian. Universitas Jambi. 2006
Anonim. Tanaman Kedelai. http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf.
. diakasespada tanggal 13 Maret 2015, pukul 10.12 WIB.
Hidayat, Nur. Diabetes : Musim Menanam Semangka Berdaun Sirih.
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php /7-news/biotek/479-diabetes-musim-menanam- semangka- berdaun-sirih . 2008. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015, pukul 11.20 WIB.
Kastono, Dodi. Pemberdayaan Petani dalam Pengembangan Kedelai Hitam . http://faperta.ugm.ac.id/fokus
/Pemberdayaan_Petani_dalam_Pengembangan_Kedelai_Hit am.php. Diakses pada tanggal 13 Maret
2015 pukul 11.33 WIB.